Berbicara mengenai dataran tinggi di Indonesia yang dinginnya sanggup
mencapai 0•C, silahkan Anda bepergian menuju wilayah tengah Pulau Jawa.
Terletak di Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah, terdapat Dataran
Tinggi Dieng yang sangat menawan dan bersiaplah mengenakan pakaian yang
dapat menghangatkan badan!
Baik yang memakai koper maupun yang memakai ransel, sepertinya bus
antarkota merupakan alat transportasi yang paling tepat untuk mencapai
dataran tinggi Dieng. Perjalanan saya dimulai saat menjejakkan kaki di
Terminal Bus Pulo Gadung. Memilih nama armada, waktu tempuh dan harga
tiket bus yang paling tepat. Dengan Bus Malino saya meluncur, memulai
perjalanan menuju Wonosobo pada pukul 19.00 WIB malam. Tiket seharga Rp
80.000,-/orang menjanjikan waktu tempuh selama 12 jam.
Keesokan harinya, saya tiba di Alun-Alun Kota Wonosobo pada pukul 06.45
WIB pagi. Lebih cepat lima belas menit dari perkiraan. Terletak di
sekitar Alun-Alun Kota Wonosobo, terdapat banyak sekali pedagang kaki
lima yang menjual makanan, minuman hingga asesoris dengan kisaran harga
Rp 1.000,- s/d Rp 8.000,- dan memiliki banyak pilihan. Alun-Alun Kota
Wonosobo sendiri biasanya menjadi tempat berkumpulnya masyarakat pada
pagi dan sore hari, terutama pada hari libur yang terkadang digunakan
sebagai tempat penyelenggaraan sebuah acara.
Menuju Dataran Tinggi Dieng, saya minta ditunjukkan arah oleh salah
seorang warga di sekitar Alun-Alun Kota Wonosobo. Saya ditunjukkan
kepada sebuah bus yang dapat mencapai ke Dataran Tinggi Dieng dan saya
hanya perlu membayar sekitar Rp 25.000,-.
Tibalah pencapaian pada sebuah tujuan, akhirnya saya sampai di Dataran
Tinggi Dieng yang sangat saya idamkan. Terhampar parkiran yang sangat
luas dan dipenuhi oleh bus pariwisata menyambut kedatangan saya pada
hari itu. Dengan membayar sebesar Rp 10.000,-/orang, saya mendapatkan
tiket masuk menuju Dataran Tinggi Dieng yang dapat dipakai seharian.
Berada di sekelilingnya, terdapat banyak sekali pedagang kaki lima yang
menjual makanan, minuman dan asesoris. Penjual kentang goreng berbumbu
aneka macam rasa seharga Rp 8.000,-/kotak adalah yang paling banyak
dikunjungi oleh wisatawan. Disambut oleh gapura batu dan kayu, saya
memasuki kawasan Dataran Tinggi Dieng.
Menjejak pada lantai batu yang disusun membentuk jalur pejalan kaki,
dikelilingi hamparan rumput hijau yang sangat luas dan pemandangan
besarnya gunung serta awan yang terasa berada dekat dengan saya adalah
penglihatan yang akan Anda alami apabila Anda berada di Dataran Tinggi
Dieng.
Hamparan rumput luas yang ada di sekitar saya ternyata tidak hanya
sekedar hamparan rumput belaka. Pada bagian tengahnya ternyata terdapat
susunan reruntuhan batu-batu peninggalan zaman dahulu. Baik berbentuk
sebuah ruangan, maupun berbentuk alat rumah tangga. Berjalan ke bagian
tengah Dataran Tinggi Dieng, terdapat banyak candi yang namanya tak lagi
asing di telinga kita; Candi Arjuna, Candi Srikandi dan masih banyak
lagi.
Bila beruntung, pada akhir pekan biasanya terdapat banyak sekali
kegiatan yang dilaksanakan di lapangan terbuka Dataran Tinggi Dieng.
Pengunjungnya tidak hanya warga lokal, namun juga wisatawan dari luar
kota, luar provinsi, hingga wisatawan mancanegara. Keberadaan media
asing juga sering dijumpai di Dataran Tinggi Dieng yang senang meliput
Upacara Pemotongan Rambut Gimbal (biasa disebut sebagai Rambut Gembel)
yang sangat ikal dan berwarna kecokelatan.
Jika hari sudah sore, biasanya akan turun kabut tebal dan hawa akan
semakin terasa dingin diiringi angin kencang. Pukul 17.00 WIB sore
adalah waktu yang tepat untuk kembali menuju Kota Wonosobo dan bersiap
menyantap makan malam.
Kota Wonosobo dan Dataran Tinggi Dieng adalah dua wilayah yang dianggap
sebagai satu kesatuan yang menjadi magnet pariwisata Provinsi Jawa
Tengah. Silahkan kunjungi sendiri dan jadilah saksi menyatunya dua buah
sisi, yaitu keindahan alam dataran tinggi dan kebermaknaan untaian
tradisi!
Kontributor :
Rivo Pahlevi Akbarsyah
http://berkarya-mendunia.blogspot.com/
rivopa@gmail.com
No comments:
Post a Comment